BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Alih kode dan campur kode sering
kali terjadi dalam berbagai percakapan masyarakat. Alih kode dan campur kode
dapat terjadi di semua kalangan masyarakat. Bahkan status sosial seseorang
tidak dapat mencegah terjadinya alih kode maupun campur kode atau sering
disebut multi bahasa. Masyarakat yang multi bahasa muncul karena masyarakat
tutur tersebut mempunyai atau menguasai lebih dari satu bahasa yang
berbeda-beda sehingga mereka dapat menggunakan pilihan bahasa tersebut dalam
kegiatan berkomunikasi. Dalam kajian sosiolinguistik, pilihan-pilihan bahasa
tersebut kemudian dibahas karena hal ini merupakan aspek penting yang dikaji
dalam suatu ilmu kebahasaan.
Hal inilah yang melatarbelakangi
kami untuk menulis dan menyusun makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
Berikut beberapa rumusan masalah
yang akan kami bahas dalam makalah ini, yaitu :
a. Apa pengertian alih kode dan
campur kode ?
b. Apa penyebab terjadinya alih kode
dan campur kode ?
c. Apa sajakah jenis-jenis alih kode
dan campur kode ?
C.
Tujuan
Beberapa tujuan dari rumusan yang
telah kami rumuskan diantaranya :
a. Untuk mengetahui pengertian alih
kode dan campur kode,
b. Untuk mengetahui
penyebabterjadinya alih kode dan campur kode,
c. Untuk mengetahui jenis-jenis alih
kode dan campur kode.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Alih kode dan Campur Kode
·
Pengertian
Alih Kode
Ohoiwutun (2007:71) mengatakan alih
kode (code switching), yakni peralihan pemakaian dari suatu bahasa atau dialek
ke bahasa atau dialek lainnya. Alih bahasa ini sepenuhnya terjadi karena
perubahan-perubahan sosiokultural dalam situasi berbahasa. Perubahan-perubahan
yang dimaksud meliputi faktor-faktor seperti hubungan antara pembicara dan
pendengar, variasi bahasa, tujuan berbicara, topik yang dibahas, waktu dan tempat
berbincang. Lebih lanjut Apple dalam Chaer (2004:107) mengatakan, alih kode
yaitu gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi.
Ditambahkan oleh Hymes bahwa alih
kode bukan hanya terbagi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antar ragam-ragam
atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Sebagai contoh peristiwa
peralihan yang terjadi dalam suatu kelas yang sedang mempelajari bahasa asing
(sebagai contoh bahasa Inggris). Di dalam kelas tersebut secara otomatis
menggunakan dua bahasa yaitu, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kemudian
terjadi percakapan dalam suatu bahasa nasional (contoh bahasa Indonesia) lalu
tiba-tiba beralih ke bahasa daerah (contoh bahasa Sumbawa), maka kedua jenis
peralihan ini juga disebut alih kode.
·
Pengertian
Campur Kode
Kemudian gejala lain yaitu campur
kode. Gejala alih kode biasanya diikuti dengan gejala campur kode, Thelander
dalam Chaer (2004:115) mengatakan apabila didalam suatu peristiwa tutur
terdapat klausa-klausa atau frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan
frase campuran (hybrid clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa dan
frase tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi
ini adalah campur kode. Kemudian Nababan (1991:32) mengatakan campur kode yaitu
suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua (atau lebih)
bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam
situasi berbahasa yang menuntut percampuran bahasa itu. Maksudnya adalah
keadaan yang tidak memaksa atau menuntut seseorang untuk mencampur suatu bahasa
ke dalam bahasa lain saat peristiwa tutur sedang berlangsung. Jadi penutur
dapat dikatakan secara tidak sadar melakukan percampuran serpihan-serpihan
bahasa ke dalam bahasa asli. Campur kode serupa dengan interfensi dari bahasa
satu ke bahasa lain.
Dalam campur kode penutur
menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu.
Unsur-unsur tersebut dapat berupa kata-kata, tetapi dapat juga berupa frase
atau kelompok kata. Jika berwujud kata biasanya gejala itu disebut peminjaman.
Hal yang menyulitkan timbul ketika memakai kata-kata pinjaman tetapi kata-kata
pinjaman ini sudah tidak dirasakan sebagai kata asing melainkan dirasakan
sebagai bahasa yang dipakai.
Sebagai contoh si A berbahasa
Indonesia. Kemudian ia berkata “sistem operasi komputer ini sangat lambat”.
dari sini terlihat si A banyak menggunakan kata-kata asing yang dicampurkan
kedalam bahasa Indonesia. Namun ini tidak dapat dikatakan sebagai gejala campur
kode atau pun alih kode. Hal ini disebabkan penutur jelas tidak menyadari
kata-kata yang dipakai adalah kata-kata pinjaman, bahkan ia merasa semuanya
merupakan bagian dari bahasa Indonesia karena proses peminjaman tersebut sudah
terjadi sejak lama.
Lebih lanjut Sumarsono (2004:202)
menjelaskan kata-kata yang sudah mengalami proses adaptasi dalam suatu bahasa
bukan lagi kata-kata yang megalami gejala interfensi, bukan pula alih kode,
apalagi campur kode. akan berbeda jika penutur secara sadar atau sengaja
menggunakan unsur bahasa lain ketika sedang berbicara dalam suatu bahasa.
Peristiwa inilah yang kemudian disebut dengan campur
kode. Oleh karena itu dalam bahasa tulisan, biasanya unsur-unsur tersebut
ditunjukkan dengan menggunakan garis bawah atau cetak miring sebagai penjelasan
bahwa si penulis menggunakannya secara sadar.
B.
Penyebab Terjadinya Alih Kode dan Campur Kode
·
Penyebab Terjadinya Alih Kode
Selain sikap kemultibahasaan yang dimiliki oleh masyarakat tutur, terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa alih kode, seperti yang
dikemukakan Chaer (2004:108), yaitu:
-
Penutur
Perilaku atau sikap penutur, yang
dengan sengaja beralih kode terhadap mitra tutur karena tujuan tertentu.
Misalnya mengubah situasi dari resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya.
Kemudian ada juga penutur yang mengharapkan sesuatu dari mitra tuturnya atau
dengan kata lain mengharapkan keuntungan atau manfaat dari percakapan yang
dilakukanya.
Sebagai contoh, A adalah orang
sumbawa. B adalah orang batak. Keduanya sedang terlibat percakapan. Mulanya si
A berbicara menggunakan bahasa Indonesia sebagai pembuka. Kemudian ditanggapi
oleh B dengan menggunakan bahasa Indonesia juga. Namun ketika si A ingin
mengemukakan inti dari pembicaraannya maka ia kemudian beralih bahasa, yaitu dari
bahasa Indonesia ke bahasa Batak. Ketika si A beralih menggunakan bahasa Batak
yang merupakan bahasa asli B, maka B pun merespon A dengan baik. Maka disinilah
letak keuntungan tersebut. A berbasa basi dengan menggunakan bahasa Indonesia,
kemudian setelah ditanggapi oleh B dan ia merasa percakapan berjalan lancar,
maka si A dengan sengaja mengalihkan ke bahasa batak. Hal ini disebabkan si A
sudah ingin memulai pembicaraan yang lebih dalam kepada si B. Selain itu inti
pembicaraan tersebut dapat tersampaikan dengan baik, karena mudah dimengerti
oleh lawan bicara yaitu B. Peristiwa inilah yang menyebakan terjadinya
peristiwa alih kode.
-
Lawan
Tutur
Mitra tutur atau lawan tutur dapat
menyebabkan peristiwa alih kode. Misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan
berbahasa lawan tuturnya. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan
tutur kurang atau agak kurang karena mungkin bahasa tersebut bukan bahasa
pertamanya. Jika lawan tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan
penutur biasanya beralih kode dalam wujud alih varian (baik regional maupun
sosial), ragam, gaya, atau register. Kemudian bila lawan tutur berlatar
belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa.
Sebagai contoh, Rani adalah seorang
pramusaji disebuah restoran. Kemudian Ia kedatangan tamu asing yang berasal
dari Jepang. Tamu tersebut ingin mempraktikkan bahasa Indonesia yang telah Ia
pelajari. Pada awalnya percakapan berjalan lancar, namun ketika tamu tersebut
menanyakan biaya makanya Ia tidak dapat mengerti karena Rani masih menjawab
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Melihat tamunya yang kebingungan tersebut,
secara sengaja Rani beralih bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang
sampai tamu tersebut mengerti apa yang dikatakan Rani. Dari contoh di atas
dapat dikatakan telah terjadi peristiwa peralihan bahasa atau disebut alih
kode, yaitu bahasa Indonesia ke bahasa Jepang. Oleh karena itu lawan tutur juga
sangat mempengaruhi peristiwa alih kode.
-
Hadirnya Penutur Ketiga
Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlata rbelakang bahasa yang sama dengan bahasa yang sedang digunakan oleh penutur
dan lawan tutur dapat menyebabkan peristiwa alih kode. Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur
ketiga, biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar
belakang kebahasaan mereka berbeda.
Sebagai contoh, Tono dan Tini
bersaudara. Mereka berdua adalah orang Sumbawa. Oleh karena itu, ketika
berbicara, mereka menggunakan bahasa yang digunakan sehari-hari, yaitu bahasa
Sumbawa. Pembicaraan berjalan aman dan lancar. Tiba-tiba datang Upik kawan Tini
yang merupakan orang Lombok. Untuk sesaat Upik tidak mengerti apa yang mereka
katakan. Kemudian Tini memahami hal tersebut dan langsung beralih ke bahasa
yang dapat dimengerti oleh Upik, yaitu bahasa Indonesia. kemudian Ia bercerita
tentang apa yang Ia bicarakan dengan Tono dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Inilah yang disebut peristiwa alih kode. Jadi, kehadiran orang ketiga merupakan
faktor yang mempengaruhi peristiwa alih kode.
-
Perubahan
Situasi
Perubahan situasi pembicaraan juga
dapat mempengaruhi terjadinya alih kode. Situasi
tersebut dapat berupa situasi formal ke informal atau sebaliknya.
-
Topik
Pembicaraan
Topik merupakan faktor yang dominan
dalam menentukan terjadinya alih kode. Topik pembicaraan yang bersifat formal
biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok
pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa nonbaku, gaya
sedikit emosional, dan serba seenaknya.
·
Penyebab
Terjadinya Campur Kode
Sama halnya dengan alih kode, campur
kodepun disebabkan oleh masyarakat tutur yang multilingual. Namun, tidak
seperti alih kode, campur kode tidak mempunyai maksud dan tujuan yang jelas
untuk digunakan karena campur kode digunakan biasanya tidak disadari
oleh pembicara atau dengan kata lain reflek pembicara atas pengetahuan bahasa
asing yang diketahuinya.
Setyaningsih, dalam
http://www.slideshare.net/ninazski/paper-sosling-nina mengatakan campur kode
digunakan karena apabila seseorang yang sedang dalam kegiatan berkomunikasi
tidak mendapatkan padanan kata yang cocok yang dapat menjelaskan maksud dan
tujuan yang sebenarnya, maka ia akan mencari padanan kata yang cocok dengan
jalan mengambil istilah dari berbagai bahasa yang ia kuasai.
Kemudian penyebab terjadinya campur
kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sikap (attitudinal type) yakni latar
belakang sikap penutur, dan kebahasaan (linguistik type) yakni latar belakang
keterbatasan bahasa, sehingga ada alasan identifikasi peranan, identifikasi
ragam, dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan.
Dengan demikian campur kode terjadi
karena adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa, dan
fungsi bahasa.
C.
Jenis-Jenis Alih Kode dan Campur Kode
·
Jenis-Jenis
Alih Kode :
a.
Alih Kode Metaforis
Alih kode metaforis, yaitu alih kode
yang terjadi jika ada pergantian topik.
b. Alih Kode Situasional
Sedangkan alih kode situasional, yaitu alih kode yang terjadi berdasarkan
situasi dimana para penutur menyadari bahwa mereka berbicara dalam bahasa
tertentu dalam suatu situasi dan bahasa lain dalam situasi yang lain. Dalam
alih kode ini tidak tejadi perubahan topik. Pergantian ini selalu bertepatan
dengan perubahan dari suatu situasi eksternal (misalnya berbicara dengan
anggota keluarga) ke situasi eksternal lainnya (misalnya berbicara dengan
tetangga).
Selain alih kode metaforis dan
situsional, Suwito dalam Chaer (2004:114) juga membagi alih kode menjadi dua
jenis yaitu, alih kode intern dan alih kode ekstern.
-
Alih
Kode Intern
Alih Kode Intern yaitu alih kode
yang berlangsung antar bahasa sendiri, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa
Sumbawa, atau sebaliknya.
-
Alih
Kode Ekstern
Sedangkan alih kode ekstern yaitu
alih kode yang terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contohnya
bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, atau sebaliknya.
·
Jenis-Jenis
Campur Kode :
Campur kode dibagi menjadi dua,
yaitu campur kode ke luar (outer code-mixing) dan campur kode ke dalam (inner
code-mixing).
a.
Campur Kode Ke Luar (Outer
Code-Mixing)
Yaitu campur kode yang berasal dari
bahasa asing atau dapat dijelaskan bahasa asli yang bercampur dengan bahasa
asing. Contohnya bahasa Indonesia – bahasa Inggris – bahasa Jepang, dll.
b.
Campur Kode Ke Dalam (Inner Code-Mixing)
Yaitu campur kode yang bersumber
dari bahasa asli dengan segala variasinya. Contohnya bahasa Indonesia-bahasa
Sumbawa-bahasa Batak-Bahasa Minang (lebih ke dialek), dll.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø Alih Kode = yakni peralihan pemakaian dari suatu bahasa atau dialek
ke bahasa atau dialek lainnya. Alih kode juga bisa dikatakan sebagai gejala
peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Hymes bahwa alih kode
bukan hanya terbagi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antar ragam-ragam
atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa.
Ø Campur Kode = suatu peristiwa tutur yang terdapat klausa-klausa
atau frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid
clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa dan frase tidak lagi
mendukung fungsi sendiri-sendiri. Kemudian ada juga yang mengatakan campur kode
yaitu suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua (atau lebih)
bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam
situasi berbahasa yang menuntut percampuran bahasa itu.
Ø Penyebab Terjadinya Alih Kode, yaitu:
a. Penutur d. Perubahan Situasi
b. Lawan Tutur e. Topik
Pembicaraan
c. Hadirnya Penutur Ketiga
Ø Penyabab Terjadinya Campur Kode
a. sikap
(attitudinal type)
b. kebahasaan (linguistik type)
Jenis-Jenis
Alih Kode
- Alih Kode Metaforis
- Alih Kode Situasional
- Alih Kode
Intern
- Alih Kode
Ekstern
|
Jenis-Jenis
Campur Kode
- Campur Kode
Ke Luar (Outer Code-Mixing)
- Campur Kode
Ke Dalam (Inner Code-Mixing)
|
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.
2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum.
Jakarta:Rineka Cipta
Hudson, R.A. 1980. Sociolinguistics. Cambridge:Cambridge University
Press.
Ohoiwutun, Paul. 2007.
Sosiolinguistik Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan.
Jakarta : Kesaint Blanc.
M.S, Mahsun. 2007. Metode Penelitian
Bahasa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Puspitasari, Emi. 2008. Objek
Linguistik: Bahasa dalam http://cakrabuwana. files.
wordpress.com/2008/09/emi-bab-iii1.pdf
Setyaningsih, Nina. 2008. Alih Kode
dan Campur Kode pada Mailing List
Spolsky, Bernard. 1998. Sociolinguistics. Berlin:Oxford University
Press.
Indonesiasaram. 2007. Tentang Campur Kode
Sumarlan. 2005. Teori dan Praktik
Analisi Wacana. Solo: Pustaka Cakra Surakarta.
Susilo, Wardoyo. 2008. Campur Kode
dalam Teks Lagu Jepang pada Album First Love oleh Utada Hikaru.
Suamarsono dan Paina Partana. 2004.
Sosiolinguistik. Yogyakarta : Sabda